SIMPANG LIMA
Kawasan Simpang Lima di kota Semarang kini telah berubah wajah dari ruang publik yang kaya kegiatan budaya menjadi kawasan komersial yang padat. Di Simpang Lima juga dikenal juga sebagai jantung kota Semarang, dimana pusat perniagaan dan perputaran uang berpusat disini dari yang kelasnya pedagang asongan dan kaki lima sampai kelas kakap. Tapi sekarang ini sudah mengalami perubahan yang sangat drastis dari segala hal. Simpang Lima adalah sebuah lapangan yang berada di pusat kota Semarang dan merupakan pertemuan dari lima jalan yang menyatu, yaitu Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran, Jalan Ahmad Yani, Jalan Gajah Mada dan Jalan Ahmad Dahlan yang biasanya dipakai untuk upacara hari besar nasional. Di sekitarnya berdiri hotel - hotel berbintang dan pusat -pusat perbelanjaan mewah. Diantaranya Hotel Ciputra, Hotel Horison, Hotel Graha Santika, Mall Ciputra, E Plaza, Plaza Simpang Lima, Ramayana Stores dan sampai saat ini pun Masjid Baiturrahman masih ada. Lapangan ini merupakan pusat keramaian masyarakat Semarang setiap hari Sabtu dan Minggu, namun karena keramaian itulah yang membuat Simpang Lima menjadi kawasan yang tatanannya sekarang ini buruk dan semrawutan. Bisa dilihat dari menumpuknya para pedagang kaki lima dan asongan yang menjajakan dagangan mereka begitu saja dengan tidak memperhatikan kerapihan ruang kota dengan mengambil lahan pejalan kaki (trotoar). Lahan – lahan parkir untuk kendaraan pribadi minim tersedia ini membuat para pengendara kendaraan sesuka hati mereka untuk memarkirkan kendaraan mereka tanpa memperhatikan para pemakai jalan raya. Rambu – rambu tanda peringatan serta petunjuk jalan kurang memadai memenuhi standar pemerintah pusat. Tata ruang bangunan - bangunan yang mengelilingi Simpang Lima tidak teratur yaitu antara satu banguna dengan bangunan yang lain jaraknya sangat dekat sekali. Fungsi tamannya yang ditulis dipapan pemberitahuan hanya untuk pajangan saja. Karena dilihat dilapangan aturan itu dilanggar oleh para masyarakat dengan ada yang melakukan olahraga, tamasya keluarga, dll.
Menurut saya kawasan Taman Simpang Lima harus diperbaiki lagi tatanan ruangannya serta ditinjau kembali lagi fungsi sesungguhnya Simpang Lima itu sendiri. Dari bangunan – bangunannya harus ditinjau lagi izin membangunnya karena saya lihat ini sudah menyalahi aturan pemerintah kota. Ada bangunan perbelanjaan yang dijadikan tempat untuk menaruh baliho padahal disamping kanan kiri bangunan itu tempat – tempat untuk baliho masih banyak. Pengaturan penempatan baliho sangat kacau sekali ini harus secepatnya dibenarkan karena kalau sampai didiamkan para pengguna jalan serta masyarakat sekitar akan terganggu (baliho rubuh). Lapangannya kalau memang jarang digunakan untuk upacara lebih baik dibangun untuk sarana umum. Seperti dibuat jogging track, tempat bermain anak – anak, tempat wisata gratis untuk masyarakat, dll. Ditambahkannya lagi pohon – pohon serta tanaman hias untuk menambah kesejukan udara dan keasrian disekitarnya. Fasilitas tempat sampah sangat sedikit sekali, bahkan saya melihat tempat untuk saluran air yang ada ditengah – tengah lapangan terdapat banyak sampah yang menumpuk dibuang sembarangan oleh para warga. Dibangunnya tempat khusus untuk menampuk para pedagang kaki lima. Halte – halte untuk tempat penurunan dan naiknya penumpang dibangun agar para pengusaha transportasi umum (bus, taksi, angkot) tidak semaunya mereka berhenti ditengah jalan membuat kemacetan yang lama. Kalau bisa lebih baik dibuat air mancur serta lampu – lampu hias agar menarik wisatawan baik dalam maupun mancanegara. Pemulihan kembali Simpang Lima jangan sampai membuat para pedagang kaki lima tambah rugi dengan proyek relokasi ini dan jangan membuat mereka yang sudah kaya malah tambah kaya, ini merupakan permasalahan yang sangat sulit bagi pemerintah daerah Semarang. Inilah yang seharusnya perlu diperhatikan sekali, selain masalah tata ruang Simpang Lima itu sendiri.
Semua saran – saran yang saya uraikan diatas tidak akan tercapai kalau kita hanya bisa berdiam diri saja. Kita harus membantu pemerintah juga dalam hal pemeliharaan Simpang Lima kedepan, jangan hanya mengandalkan tenaga petugas kebersihan dan keamanan saja. Dan apa yang sudah ditetapkan dan diatur pemerintah jangan kita rusak lagi, mari kita bersama – sama merawat dan menjaganya. Karena kembali lagi kawasan ini dibangun untuk kita semua, bukan untuk individu. Dari uraian yang saya kemukakan diatas, masalah kawasan Simpang Lima ini termasuk dalam kategori Probability Sampling. Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Dari masalah – masalah yang saya uraian dapat diambil menjadi populasi anggota sampel. Seperti tata ruang bangunan – bangunannya yang berantakan dengan asal saja membangunnya. Keadaan lapangan yang sudah rusak parah karena dipakai sembarangan oleh para warga disekitarnya dan tidak dirawat dengan baik, dll. Masalah penempatan para pedagang – pedagang yang notebene mencari nafkah di Simpang Lima dan sudah lama berdagang disana merupakan masalah yang sangat serius bagi pemerintah kota. Karena masalah ini menyangkut kehidupan keluarga pedagang itu sendiri yang banyak sekali jumlahnya. Kita tinggal tunggu saja apakah benar awal tahun 2010 Simpang Lima akan mulai ditata secara bertahap oleh pemerintah kota Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar